Pierre Van Hiele |
hierarkis dan sekuensial. Untuk mencapai tingkat yang lebih tinggi, siswa harus menguasai sebagian besar tingkat sebelumnya. Kecepatan untuk berpindah dari suatu tingkat ke tingkat yang lebih tinggi lebih banyak bergantung pada isi dan metode pembelajaran dibandingkan dengan umur atau kematangan biologisnya. Konsep yang secara implisit dipahami pada suatu tingkat menjadi eksplisit pada tingkat berikutnya. Misalnya pada tingkat visualisasi siswa mengenal bangun berdasarkan sifat bangun secara utuh, tetapi pada tingkat analisis, bangun tersebut dianalisis sehingga sifat-sifat serta komponennya ditemukan. Setiap tingkatan masing-masing mempunyai simbol bahasa tersendiri dan sistem yang mengaitkan simbol-simbol itu.
Van Hiele menyatakan bahwa terdapat lima tahapanberpikir dalam belajar geometri yaitu :
a.
Tahap Pengenalan
Anak mulai belajar mengenali suatu bentuk geometri
secara keseluruhan, namun belum mampu mengetahui adanya sifat-sifat dari bentuk
geometri yang dilihatnya itu. Sebagai contoh jika kepada seorang anak
diperlihatkan sebuah kubus, ia belum mengetahui sifat-sifat atau keteraturan
yang dimiliki oleh kubus itu. Ia belum menyadari bahwa kubus mempunyai
sisi-sisi yang berupa bujur sangkar, bahwa sisinya ada 6 buah.
b.
Tahap Analisis
Anak mulai dapat mengenal sifat-sifat yang dimiliki
benda geomeri yang diamatinya. Ia sudah mampu menyebutkan keteraturan yang
terdapat pada benda geometri tersebut. Misalnya pada persegi panjang, ia
mengetahui terdapat dua pasang sisi yang berhadapan, dan kedua pasang sisi
tersebut saling sejajar. Tetapi anak belum mampu mengetahui hubungan antara
suatu benda geometri dengan benda geometri lainnya. Misalnya, anak belum
mengetahui bujur sangkar adalah persegi panjang, dengan semua sisinya sama.
c.
Tahap Pengurutan
Anak Sudah
mengetahui hubungan yang terikat antara suatu bangun geometri dengan bangun
geometri lainnya. Anak telah mulai mampu mengurutkan. Misalnya ia sudah mulai
mengenali bahwa bujur sangkar adalah jajar genjang. Demikian pula dalam
pengenalan benda-benda ruang, anak-anak memahami bahwa kubus termasuk balok, dengan
keistimewaan semua sisinya berbentuk bujur sangkar. Pola pikir anak pada tahap
ini masih belum mampu menerangkan mengapa diagonal suatu persegi panjang itu
sama panjang.
d.
Tahap Deduksi
Anak
mampu menarik kesimpulan secara deduktif, yakni penarikan kesimpulan dari
hal-hal yang umum menuju hal-hal yang bersifat khusus. Mereka juga mengerti
peranan unsur-unsur yang tidak didefinisikan, di samping unsur-unsur yang telah
didefinisiskan. Misalnya anak telah mampu memahami dalil. Selain itu, pada
tahap ini anak mampu menggunakan postulat atau aksioma yang digunakan dalam
pembuktian.
Postulat
dalam pembuktian segitiga yang sama dan sebangun, seperti postulat
sudut-sudut-sudut, sisi-sisi-sisi atau sudut-sisi-sudut, dapat dipahaminya,
namun belum mengerti mengapa postulat tersebut benar dan mengapa dapat
dijadikan sebagai postulat dalam cara-cara pebuktian dua segitiga yang sama dan
sebangun (kongruen).
e.
Tahap Akurasi
Anak
mulai menyadari betapa pentingnya ketepatan dari prinsip-prinsip dasar yang
melandasi suatu pembuktian. Misalnya ia mengetahui pentingnya aksioma-aksioma
atau postulat-postulat dari geometri Euclid. Tahap akurasi merupakan tahap
berpikir yang tinggi, rumit dan kompleks. Oleh karena itu tidak mengherankan
jika tidak semua anak, meskipun sudah duduk dibangku sekolah lanjutan atas,
masih belum sampai pada tahap berpikir ini.
Tabel 1.3 ImplikasiLevel Van Hiele Dalam Pembelajaran Matematika
Tahap Pengenalan
|
siswa diperlihatkan sebuah persegipanjang, tetapi siswa belum menyadari bahwa persegipanjang
mempunyai empat sisi dimana dua sisi yang berhadapan sama panjang, bahwa
kedua diagonalnya sama panjang. Demikian juga dengan persegi.
|
Tahap Analisis
|
siswa mengamati persegipanjang dan telah mengetahui bahwa terdapat 2 pasang
sisi yang berhadapan, dan kedua pasang sisi tersebut saling sejajar. Namun
siswa belum mengetahui bahwa persegi adalah persegipanjang, bahwa persegi
adalah belah ketupat.
|
Tahap Pengurutan
|
siswa sudah dapat mengurutkan bahwa persegi
adalah persegipanjang. Persegi merupakan segi empat yang besar setiap sudut
dalamnya adalah 90 dan kedua diagonalnya sama panjang. Ciri atau sifat
tersebut juga merupakan sifat persegipanjang, sehingga dapat dikatakan bahwa
persegi adalah persegipanjang yang keempat sisinya sama panjang
|
Tahap Deduksi
|
siswa sudah mulai memahami defenisi, postulat dan teorema pada bangun
datar, namun belum mengerti mengapa postulat tersebut benar dan mengapa dapat
dijadikan sebagai postulat dalam cara-cara pembuktian dua segitiga yang sama
dan sebangun (kongruen). siswa dapat membuktikan bahwa diagonal suatu persegi
akan membagi persegi tersebut menjadi 2 buah segitiga yang kongruen.
|
Tahap Akurasi
|
siswa sudah mulai menyadari betapa pentingnya ketepatan dari
prinsip-prinsip dasar yang melandasi suatu pembuktian. Misalnya, memahami
pentingnya defenisi, aksioma-aksioma atau postulat dan teorema pada bangun
datar.
|
0 comments:
Post a Comment