Informasi penting seputar pendidikan matematika

Sunday 26 July 2015

Pelevelan Van Hiele


Pierre Van Hiele
Dalam belajar pengajaran geometri terdapat teori belajar yang dikemukakan oleh Van Hiele (1954), yang menguraikan tahap-tahap perkembangan mental anak dalam belajar geometri. Van Hiele adalah seorang guru bangsa Belanda yang mengadakan penelitian dalam pegajaran geometri. Hasil penelitiannya itu, yang dirumuskan dalam disertasinya, diperoleh dari kegiatan tanya jawab dan pengamatan. Terdapat beberapa karakteristik teori Van Hiele yaitu : Belajar adalah proses yang diskontinu, yakni terdapat lompatan dalam kurva belajar yang memperlihatkan adanya celah yang secara kualitatif membedakan tingkatan berpikir. Tingkatan Van Hiele bersifat
hierarkis dan sekuensial. Untuk mencapai tingkat yang lebih tinggi, siswa harus menguasai sebagian besar tingkat sebelumnya. Kecepatan untuk berpindah dari suatu tingkat ke tingkat yang lebih tinggi lebih banyak bergantung pada isi dan metode pembelajaran dibandingkan dengan umur atau kematangan biologisnya. Konsep yang secara implisit dipahami pada suatu tingkat menjadi eksplisit pada tingkat berikutnya. Misalnya pada tingkat visualisasi siswa mengenal bangun berdasarkan sifat bangun secara utuh, tetapi pada tingkat analisis, bangun tersebut dianalisis sehingga sifat-sifat serta komponennya ditemukan. Setiap tingkatan masing-masing mempunyai simbol bahasa tersendiri dan sistem yang mengaitkan simbol-simbol itu.
Van Hiele menyatakan bahwa terdapat lima tahapanberpikir dalam belajar geometri yaitu :
a.       Tahap Pengenalan
Anak  mulai belajar mengenali suatu bentuk geometri secara keseluruhan, namun belum mampu mengetahui adanya sifat-sifat dari bentuk geometri yang dilihatnya itu. Sebagai contoh jika kepada seorang anak diperlihatkan sebuah kubus, ia belum mengetahui sifat-sifat atau keteraturan yang dimiliki oleh kubus itu. Ia belum menyadari bahwa kubus mempunyai sisi-sisi yang berupa bujur sangkar, bahwa sisinya ada 6 buah.
b.      Tahap Analisis
Anak  mulai dapat mengenal sifat-sifat yang dimiliki benda geomeri yang diamatinya. Ia sudah mampu menyebutkan keteraturan yang terdapat pada benda geometri tersebut. Misalnya pada persegi panjang, ia mengetahui terdapat dua pasang sisi yang berhadapan, dan kedua pasang sisi tersebut saling sejajar. Tetapi anak belum mampu mengetahui hubungan antara suatu benda geometri dengan benda geometri lainnya. Misalnya, anak belum mengetahui bujur sangkar adalah persegi panjang, dengan semua sisinya sama.
c.       Tahap Pengurutan
Anak Sudah mengetahui hubungan yang terikat antara suatu bangun geometri dengan bangun geometri lainnya. Anak telah mulai mampu mengurutkan. Misalnya ia sudah mulai mengenali bahwa bujur sangkar adalah jajar genjang. Demikian pula dalam pengenalan benda-benda ruang, anak-anak memahami bahwa kubus termasuk balok, dengan keistimewaan semua sisinya berbentuk bujur sangkar. Pola pikir anak pada tahap ini masih belum mampu menerangkan mengapa diagonal suatu persegi panjang itu sama panjang.
d.      Tahap Deduksi
Anak mampu menarik kesimpulan secara deduktif, yakni penarikan kesimpulan dari hal-hal yang umum menuju hal-hal yang bersifat khusus. Mereka juga mengerti peranan unsur-unsur yang tidak didefinisikan, di samping unsur-unsur yang telah didefinisiskan. Misalnya anak telah mampu memahami dalil. Selain itu, pada tahap ini anak mampu menggunakan postulat atau aksioma yang digunakan dalam pembuktian.
Postulat dalam pembuktian segitiga yang sama dan sebangun, seperti postulat sudut-sudut-sudut, sisi-sisi-sisi atau sudut-sisi-sudut, dapat dipahaminya, namun belum mengerti mengapa postulat tersebut benar dan mengapa dapat dijadikan sebagai postulat dalam cara-cara pebuktian dua segitiga yang sama dan sebangun (kongruen).
e.       Tahap Akurasi
Anak mulai menyadari betapa pentingnya ketepatan dari prinsip-prinsip dasar yang melandasi suatu pembuktian. Misalnya ia mengetahui pentingnya aksioma-aksioma atau postulat-postulat dari geometri Euclid. Tahap akurasi merupakan tahap berpikir yang tinggi, rumit dan kompleks. Oleh karena itu tidak mengherankan jika tidak semua anak, meskipun sudah duduk dibangku sekolah lanjutan atas, masih belum sampai pada tahap berpikir ini.

Tabel 1.3 ImplikasiLevel Van Hiele Dalam Pembelajaran Matematika
Tahap Pengenalan
siswa diperlihatkan sebuah persegipanjang, tetapi siswa  belum menyadari bahwa persegipanjang mempunyai empat sisi dimana dua sisi yang berhadapan sama panjang, bahwa kedua diagonalnya sama panjang. Demikian juga dengan persegi.
Tahap Analisis
siswa mengamati persegipanjang dan  telah mengetahui bahwa terdapat 2 pasang sisi yang berhadapan, dan kedua pasang sisi tersebut saling sejajar. Namun siswa belum mengetahui bahwa persegi adalah persegipanjang, bahwa persegi adalah belah ketupat. 
Tahap Pengurutan
siswa sudah dapat mengurutkan bahwa persegi adalah persegipanjang. Persegi merupakan segi empat yang besar setiap sudut dalamnya adalah 90 dan kedua diagonalnya sama panjang. Ciri atau sifat tersebut juga merupakan sifat persegipanjang, sehingga dapat dikatakan bahwa persegi adalah persegipanjang yang keempat sisinya sama panjang
Tahap Deduksi
siswa sudah mulai memahami defenisi, postulat dan teorema pada bangun datar, namun belum mengerti mengapa postulat tersebut benar dan mengapa dapat dijadikan sebagai postulat dalam cara-cara pembuktian dua segitiga yang sama dan sebangun (kongruen). siswa dapat membuktikan bahwa diagonal suatu persegi akan membagi persegi tersebut menjadi 2 buah segitiga yang kongruen.
Tahap Akurasi
siswa sudah mulai menyadari betapa pentingnya ketepatan dari prinsip-prinsip dasar yang melandasi suatu pembuktian. Misalnya, memahami pentingnya defenisi, aksioma-aksioma atau postulat dan teorema pada bangun datar.

Pelevelan Van Hiele Rating: 4.5 Diposkan Oleh: Iron_man

0 comments:

Post a Comment