Informasi penting seputar pendidikan matematika

Friday, 28 August 2015

Standar Isi Matematika Sekolah Serta Integrasinya



Dalam standar isi dan standar proses, NCTM membagi standar isi menjadi lima bagian, yaitu bilangan dan operasi, aljabar, geometri, pengukuran, serta  analisis data dan peluang. Sedangkan NCTM membagi standar proses menjadi lima bagian, yaitu pemecahan masalah, penalaran dan bukti, komunikasi, koneksi, dan representasi.
Meskipun masing-masing standar berlaku untuk setiap jenjang, penekanannya akan bervariasi dalam tiap jenjang. Misalnya, penekanan bilangan yang terbesar ada pada jenjang TK hingga kelas 2,  dan untuk kelas 9 hingga kelas 12 penekanan untuk bilangan hanya sedikit. Total waktu untuk instruksi matematika akan dibagi secara berbeda sesuai dengan kebutuhan tertentu dalam setiap jenjang, misalnya pada pertengahan jenjang, sebagian besar waktu pembelajaran akan berfokus pada aljabar dan geometri. Gambar 1 menunjukkan perbedaan standar isi untuk tiap jenjang.
Gambar 1 : Pembagian Standar Isi Tiap Jenjang



1.      Bilangan dan Operasinya
Standar bilangan dan operasinya menggambarkan pemahaman secara kritis dan mendalam tentang bilangan dan aritmetika, serta pemahaman tentang sistem bilangan dan strukturnya. Konsep dan algoritma aritmetika dasar merupakan bagian dari bilangan dan operasinya, seperti sifat dan karakteristik kelas bilangan yang merupakan awal dari teori bilangan. Pusat standar ini adalah perkembangan kemampuan bilangan – kemampuan untuk menguraikan bilangan asli, menggunakan bilangan tertentu seperti 100 atau setengah sebagai acuan, menggunakan hubungan operasi aritmetika untuk memecahkan masalah, Memahami sistem bilangan berbasis 10, penafsiran, memahami bilangan, dan mengenali nilai mutlak dan relatif.
Secara historis, bilangan telah menjadi landasan matematika. Prinsip pemecahan masalah pada aljabar sama seperti struktur sifat dalam sistem bilangan. Dalam geometri dan pengukuran, sifat dijelaskan dengan bilangan. Seluruh data analisis juga melibatkan bilangan. Melalui pemecahan masalah, siswa dapat mengeksplorasi dan memperkuat pemahaman mereka tentang bilangan. Dalam Standar ini, memahami bilangan dan operasinya, mengembangkan kemampuan bilangan, dan  lancar dalam perhitungan aritmatika merupakan inti pendidikan matematika untuk tingkat sekolah dasar. Sebagai pencapaian dari TK hingga kelas 12, siswa harus memahami bilangan, bagaimana mereka menerapkannya dengan objek, angka, atau garis bilangan; bagaimana mereka menghubungkan yang satu dengan yang lainnya; bagaimana bilangan tertanamdalam sistem yang mempunyai sifat dan struktur; dan menggunakan bilangan dan operasinya dalam pemecahan masalah.
Mengetahui kombinasi dasar bilangan—hubungan penjumlahan dan perkalian satu digit serta pasangannya untuk pengurangan dan pembagian—merupakan hal yang sangat penting. Sama pentingnya dengan menghitung dengan lancar—memiliki  dan menggunakan metode yang efisien dan akurat untuk menghitung. Kefasihan diwujudkan dengan menggunakan kombinasi strategi dan catatan di atas kertas atau menggunakan algoritma dengan kertas dan pensil, terutama ketika jumlahnya besar, untuk menghasilkan hasil yang akurat cepat. Terlepas dari metode yang digunakan, siswa harus mampu menjelaskan metode, memahami berbagai metode yang ada, dan melihat kegunaan metode yang efisien, akurat, dan umum. Siswa juga harus mampu untuk memperkirakan dan menilai hasil yang tepat. Kalkulator harus tersedia pada waktu yang tepat sebagai alat untuk menghitung, terutama ketika  perhitungan dalam memecahkan masalah terlalu banyak atau rumit.

a.       Memahami bilangan, cara menerapkan bilangan, hubungan tiap bilangan, dan sistem bilangan
Perkembangan pemahaman bilangan siswa TK hingga kelas 2 yaitu belajar berhitung dan mengenali "berapa banyak" benda dalam suatu himpunan. Gagasan utamanya adalah bahwa bilangan dapat diuraikan dengan banyak cara. Misalnya, 24 dapat diuraikan menjadi 2 puluhan dan 4 satuan. 24 juga dapat diuraikan menjadi 2 himpunan  dari dua belas. Membuat transisi dari "sepuluh" sebagai akumulasi dari 10 dan sebagai 1 sepuluh merupakan hal yang penting sebagai langkah awal siswa untuk memahami sistem bilangan berbasis 10. Pada siswa sekolah dasar, siswa dapat belajar tentang kelas bilangan dan karakteristiknya, seperti bilangan ganjil, bilangan genap, bilangan prima, atau bilangan komposit.
Selain memahami bilangan cacah, anak-anak dapat didorong untuk memahami dan menerapkannya secara umum untuk digunakan dalam konteks pecahan, misalnya 1/2 kue, 1/8 pizza, dan melihan pecahan sebagai bagian dari bilangan cacah atau kumpulan dari bilangan cacah. Guru harus membantu siswa mengembangkan pemahaman pecahan sebagai pembagi bilangan. Untuk pertengahan jenjang, siswa membutuhkan  pemahaman yang kuat tentang pecahan untuk menghubungkan pemahamannya tentang fraksi bilangan.
Menerapkan bilangan dalam berbagai jenis harus menjadi bagian utama dari pembelajaran matematika di sekolah dasar. Di jenjang menengah, siswa harus paham bahwa bilangan dapat diterapkan dalam berbagai macam hal, sehingga jika siswa melihat 1/2, 25 % dan 0,25 merupakan bilangan yang sama dengan nama yang berbeda. Siswa memperoleh pemahaman tentang bilangan dan bagaimana merepresentasikannya, mereka memiliki dasar untuk memahami hubungan antar bilangan. Dalam kelas 3 sampai kelas 5, siswa dapat belajar untuk membandingkan pecahan, seperti 1/2. Siswa harus mampu menjelaskan bilangan, sebagai contoh 1/2+1/8 lebih kecil dari 1 karena setiap yang ditambakan kurang dari atau sama dengan 1/2 . Pada kelas 6 hingga kelas 8, penting bagi siswa untuk mampu mengubah pecahan, desimal, dan persen kedalam nilai yang setara, serta mengurutkan dan membandingkan bilangan rasional dengan menggunakan berbagai strategi. Dengan memperluas bilangan cacah ke bilangan bulat, intuisi siswa jenjang menengah tentang urutan dan besaran akan lebih baik. Siswa SMA dapat menggunakan variabel dan fungsi untuk menerapkan hubungan antar himpunan bilangan, dan melihat sifat dari kelas bilangan.

b.      Memahami makna operasi dan bagaimana menghubungkan satu dengan yang lainnya
Selama kelas awal, siswa harus menghadapi berbagai makna penjumlahan dan pengurangan bilangan cacah. peneliti guru dan anak-anak telah belajar bagaimana siswa memahami operasi melalui pendekatannya untuk masalah aritmatika sederhana seperti berikut:
Bob mendapatkan 2 kue. Sekarang dia mempunyai 5 kue. Berapa banyak kue yang dipunyai Bob sebelumnya?

Untuk Menyelesaikan masalah tersebut, siswa mungkin menggunakan penjumlahan dan menghitung dari 2 dengan menggunakan jari-jari mereka hingga mendapatkan 5. Atau mungkin mereka mengenal masalah tersebut sebagai masalah pengurangan dan menggunakan fakta  bahwa 5-2=3 . Mengeksplorasi strategi berpikir seperti ini atau menyadari bahwa 7+8=7+7+1 akan membantu siswa melihat makna operasi. Eksplorasi tersebut juga membantu guru mempelajari apa yang siswa pikirkan. Perkalian dan pembagian dapat dimulai dari siswa TK sampai kelas 2 untuk memecahkan masalah yang dibangun dalam lingkungan mereka, seperti bagaimana membagi sekantong kismis kepada empat orang dengan jumlah yang sama.
Di kelas 3-5, membantu siswa mengembangkan makna perkalian dan pembagian bilangan cacah harus menjadi fokus. Dengan membuat dan bekerja dengan menerapkan (seperti diagram atau benda konkret) perkalian dan pembagian, siswa dapat memperoleh hubungan antar operasi. Siswa harus mampu memilih apakah menambah, mengurangi, mengalikan, atau membagi dalam menyelesaikan suatu masalah. Untuk melakukannya, mereka harus mengenali bahwa operasi yang sama dapat diterapkan pada situasi masalah yang tampak sangat berbeda dari satu sama lain, tahu bagaimana hubungan operasi satu sama lain, dan memiliki ide tentang apa jenis hasil yang diharapkan.
Pada kelas 6 hingga kelas 8, operasi bilangan rasional harus ditekankan.
Intuisi siswa tentang operasi harus disesuaikan karena mereka bekerja dengan sistem bilangan yang diperluas. Sebagai contoh mengalikan bilangan cacah dengan pecahan antara 0 dan 1 (misalnya, 8 x 1/2 ) menghasilkan hasil yang kurang dari bilangan cacah. Hal ini bertentangan dengan pengalaman siswa sebelumnya (dengan bilangan cacah) bahwa perkalian selalu menghasilkan bilangan yang lebih besar. Bekerja dengan proporsi merupakan fokus utama dalam standar ini untuk jenjang menengah. Siswa harus menjadi mahir dalam menciptakan rasio untuk membuat perbandingan dalam situasi yang melibatkan pasangan bilangan seperti dalam masalah berikut:

Jika tiga paket kakao dapat dibuat untuk lima belas cangkir cokelat panas, berapa banyak paket yang diperlukan untuk membuat enam puluh cangkir cokelat panas?

Pada tingkat ini siswa perlu belajar operasi bilangan bulat. Di kelas 9-12, siswa belajar bagaimana menggabungkan vektor dan matriks, mereka akan mengalami jenis lain dari sistem melibatkan bilangan dalam sifat dan pola baru.

c.       Menghitung dengan lancar dan membuat perkiraan yang tepat

Mengembangkan kelancaran membutuhkan keseimbangan dan koneksi konseptual antara pemahaman dan kemampuan komputasi. Di satu sisi, metode komputasi yang sering dipraktekkan tanpa pemahaman membuat metode tersebut sering dilupakan oleh siswa. Pada sisi lain, pemahaman tanpa kefasihan dapat menghambat proses pemecahan masalah. Sebagai siswa TK hingga kelas 2, membangun pemahaman tentang bilangan cacah dan operasi pada penjumlahan dan perkalian, perhatian instruksional harus fokus pada strategi untuk menghitung dengan bilangan cacah sehingga siswa mengembangkan fleksibilitas dan kelancaran menghitung. Siswa akan menghasilkan berbagai strategi yang menarik dan berguna untuk memecahkan masalah hitungan, yang harus dibagi dan didiskusikan. Di  akhir kelas 2, siswa harus tahu kombinasi dasar penjumlahan dan pengurangan, harus lancar dalam menambahkan bilangan dua digit, dan harus mempunyai metode untuk mengurangkan bilangan dua digit. Pada kelas 3-5, siswa mengembangkan kombinasi bilangan dasar untuk perkalian dan pembagian, mereka juga harus mengembangkan algoritma yang baik untuk memecahkan masalah aritmatika dengan efisien dan akurat. metode ini harus diterapkan untuk angka yang lebih besar dan dipraktekkan untuk kelancaran.
Pengembangan konsep bilangan rasional merupakan tujuan utama untuk
kelas 3-5, yang harus mengarah kepada metode informal untuk menghitung dengan pecahan. Misalnya, 1/4 + 1/2 harus bisa diselesaikan dengan mudah karena 1/2 dan 1/4 bisa atau dapat menggunakan strategi dekomposisi, seperti 1/4 +1/4 + 1/2 = 1/4 + /4 + 1/4) . Di jenjang ini, metode menghitung bilangan desimal harus dikembangkan dan diaplikasikan, dan di kelas 6-8, siswa harus lancar menghitung bilangan rasional dalam bentuk pecahan dan desimal. Ketika diminta untuk memperkirakan 12/13 + 7/8 , hanya 24% siswa tiga belas tahun yang mengatakan bahwa jawabannya adalah dekat dengan 2. Sebagian mengatakan jawabannya dekat dengan 1, 19, atau 21. Jika siswa memahami penjumlahan pecahan dan telah mengembangkan kemampuan menghitung, kesalahan seperti ini tidak akan terjadi. Ketika mereka mengembangkan pemahaman tentang makna dan representasi bilangan bulat, mereka juga harus mengembangkan metode menghitung bilangan bulat. Di kelas 9-12, siswa harus menghitung dengan lancar bilangan real dan memiliki beberapa kemampuan dasar pemecahan masalah pada vektor dan matriks dengan  menggunakan teknologi yang sesuai. Kemampuan untuk menghitung lancar berarti membuat pilihan cerdas tentang alat yang akan digunakan dan kapan digunakan. Siswa harus mempunyai pengalaman yang membantu mereka belajar untuk memilih antara mental perhitungan, strategi kertas dan pencil, perkiraan, dan penggunaan kalkulator.


2.      Aljabar
Aljabar memiliki akar historis dalam belajar metode umum untuk memecahkan persamaan. Standar aljabar menekankan hubungan antar jumlah, termasuk fungsi, cara merepresentasikan hubungan matematika, dan perubahan analisis. Hubungan fungsional dapat dinyatakan dengan menggunakan notasi simbol, yang memungkinkan ide matematika kompleks yang dinyatakan secara ringkas dan perubahan efisiensi analisis. Saat ini, metode dan pemikiran matematis aljabar mendukung di banyak hal. Misalnya, distribusi dan komunikasi jaringan, hukum fisika, model populasi, dan hasil statistik, semuanya dapat diwakili dalam bahasa simbolis aljabar. Selain itu, aljabar merupakan struktur abstrak dan prinsip-prinsip dalam pemecahan masalah disajikan dalam bentuk simbol.

Sebagian besar penekanan dalam struktur dan simbol aljabar dapat membangun pengalaman siswa dengan bilangan. Aljabar adalah juga erat kaitannya dengan geometri dan analisis data. Kompetensi aljabar penting di kehidupan dewasa. Dengan melihat aljabar sebagai untaian ringkasan dari TK hingga SMA, guru dapat membantu siswa membangun landasan pemahaman yang kokoh dan pengalaman sebagai persiapan untuk bekerja ataupun untuk melanjutkan pendidikan di jenjang yang lebih tinggi. Sebagai contoh, sistematis pengalaman dengan pola dapat membangun pemahaman tentang pengertian fungsi, dan pengalaman mereka tentang bilangan dan sifat bilangan dapat membantu dalam menyatakan aljaar dengan menggunakan simbol, dengan ini siswa dapat mulai membentuk gagasan dasar pemodelan matematika.
Banyak orang dewasa menyamakan aljabar sekolah dengan penyederhanaan manipulasi simbol dan memecahkan persamaan aljabar yang rumit. Memang, simbol aljabar dan cara menyelesaikannya penting dalam pekerjaan matematika, tapi aljabar lebih dari sekedar pemindahan simbol. Siswa perlu memahami konsep aljabar, struktur dan prinsip-prinsip aljabar yang  memanipulasi simbol, dan bagaimana simbol tersebut dapat digunakan untuk merekam ide. Teknologi komputer saat ini dapat menghasilkan grafik fungsi, melakukan operasi pada simbol, dan seketika melakukan perhitungan pada kolom data. Siswa sekarang perlu belajar bagaimana menafsirkan representasi teknologi dan bagaimana menggunakan teknologi tersebut secara efektif dan bijaksana.

a.       Memahami pola, hubungan, dan fungsi
Pengalaman awal dengan mengelompokkan dan mengurutkan benda-benda alam yang menarik untuk anak-anak. Guru dapat membantu siswa mengurutkan warna merah-biru-biru-merah-biru-biru dan menunjukkan bahwa warna tersebut dapat diperpanjang dengan warna merah dan biru yang lain atau membantu mereka memprediksi bahwa benda kedua belas dengan urutan merah-biru-biru tersebut berwarna biru, dengan asumsi bahwa pola merah-biru-biru dapat berulang tanpa batas. awalnya, siswa boleh menggambarkan keteraturan pola secara lisan daripada dengan simbol matematika. Di kelas 3-5, mereka dapat mulai menggunakan variabel dan ekspresi aljabar karena mereka untuk menggambarkan dan memperluas pola. Pada akhir sekolah menengah, mereka harus mampu menggunakan notasi fungsi untuk mendeskripsikan hubungannya.
Di tingkat yang lebih rendah, siswa dapat menjelaskan pola seperti 2, 4, 6, 8, ... dengan berfokus pada bagaimana bentuk tersebut diperoleh dari bilangan sebelumnya—sebagai contoh dengan menambahkan 2. Hal ini merupakan awal pemikiran rekursif. Selanjutnya, siswa dapat mempelajari barisan yang dapat didefinisikan dengan tepat dan menghitung dengan menggunakan rekursi, seperti barisan Fibonacci, 1, 1, 2, 3, 5, 8, ..., di mana setiap unsur merupakan jumlah dari dua unsur sebelumnya. Sebagai kemajuan siswa dari prasekolah sampai SMA, siswa harus mengembangkan berbagai jenis fungsi. Di jenjang menengah, siswa harus fokus pada pemahaman hubungan linier. Di SMA, mereka harus memperbesar pengetahuan mereka tentang fungsi dan belajar tentang karakteristik fungsi. Banyak mahasiswa memahami pengertian fungsi hanya sebagai rumus seperti “diberikan n, cari 2^n untuk n=1,2,3 ”. Di jenjang menengah, siswa harus mampu memahami hubungan antara tabel, grafik, dan simbol serta menilai keuntungan dan kerugian setiap cara untuk merepresentasikan hubungannya. Ketika mereka melakukan representasi perkalian—termasuk angka, grafik, dan simbolis—mereka akanmengembangkan pemahaman fungsi yang lebih komprehensif.
b.      Menerapkan dan menganalisis situasi dan struktur matematika dengan menggunakan simbol-simbol aljabar
Pemahaman siswa terhadap jenis bilangan berkembang secara bertahap dari prasekolah sampai SMA. Di kelas 3-5, siswa menyelidiki sifat operasi bilangan cacah, mereka mungkin menemukan bahwa mereka dapat mengalikan 18 dengan 14 dengan menghitung 18 x 10 dan menambahnya dengan 18 x 4. Mereka menggunakan sifat distributif perkalian atas penambahan. Terkadang geometri argumen dapat dipahami jauh sebelum siswa diperkirakan dapat melakukan manipulasi dengan menggunakan simbol aljabar. Misalnya, diagram pada gambar 2 dapat membantu siswa sekolah dasar untuk berspekulasi bahwa jumlah dari n bilangan ganjil pertama adalah n^2

Gambar 2 : Spekulasi Penjumlahan

 Siswa sekolah menengah harus memahami bagaimana hubungan persamaan tersebut dengan diagram gambar 2. Siswa di pada tingkat lanjutan harus mampu merepresentasikan hubungan umum dengan menggunakan simbol, seperti 1+3+ (2n-2) = n^2, dan mereka harus mampu membuktikannya secara umum.
Penelitian menunjukkan berbagai kesulitan siswa dengan konsep variabel, sehingga mengembangkan pemahaman tentang variabel di berbagai jenjang merupakan hal yang penting. Pada tingkat sekolah dasar, siswa biasanya mengembangkan notasi variabel sebagai suatu tempat untuk bilangan tertentu, seperti __ + 2 = 11 Kemudian, mereka harus belajar bahwa variabel  x dalam persamaan 3x + 2 = 11 memiliki kegunaan yang berbeda dengan variabel x dalam identitas 0 + x = 0 dan  dua variabel yang sangat berbeda dari penggunaan r dalam rumus phi*r^2 . Suatu pemahaman menyeluruh tentang variable berkembang dalam waktu yang lama, dan membutuhkan pengalaman luas untuk memahaminya. Siswa harus mulai mengembangkan keterampilan mereka dalam menghasilkan ekspresi equivalen dan memecahkan persamaan linear di jenjang menengah. Mereka juga harus mampu mengoperasikan simbol dalam semua kasus.

c.       Menggunakan model matematika untuk menerapkan dan memahami hubungan kuantitatif
Salah satu penggunaan matematika adalah fenomena pemodelan matematika. Siswa di semua jenjang harus berpeluang untuk memodelkan berbagai fenomena dengan cara yang matematis. Di jenjang sekolah dasar, siswa dapat menggunakan benda-benda, gambar, dan simbol untuk memodelkan situasi yang melibatkan penjumlahan dan pengurangan bilangan cacah. Ketika siswa menunjukkan bahwa Gary memiliki 4 apel, dan Becky memiliki 5 lebihnya” mereka secara tidak langsung telah menyelesaikan masalah tersebut dengan menggunakan pemodelan.
Siswa di kelas 3-5 harus menggunakan model untuk membuat prediksi, menarik kesimpulan, atau memahami situasi kuantitatif. Penggunaan model yang lebih baik akan tumbuh dengan sendirinya. Misalnya, dalam memecahkan masalah tentang membuat punch, siswa di sekolah menengah mungkin menggambarkan hubungan masalah dengan rumus P = (8/3) J , di mana P adalah jumlah cangkir punch dan J adalah jumlah cangkir jus. Model matematika ini dapat digunakan untuk memilih berapa banyak punch yang akan dibuat dari lima puluh cangkir jus.
Siswa SMA harus mampu mengembangkan model dengan menggambarkan pengetahuan mereka tentang berbagai kelas fungsimisalnya, apakah situasi akan lebih baik dimodelkan dengan fungsi linear atau fungsi kuadrat—dan mampu menarik kesimpulan dengan menganalisis model.

d.      Menganalisis perubahan dalam berbagai konteks
Memahami perubahan adalah hal yang penting untuk memahami fungsi dan untuk memahami berbagai situasi yang disajikan. Pada siswa TK hingga kelas 2, pada awalnya, siswa menggambarkan perubahan kualitatif ("Saya tumbuh lebih tinggi selama musim panas") dan kemudian perubahan kuantitatif ("Saya tumbuh dua inci di tahun lalu"). Menggunakan grafik dan tabel, siswa di kelas 3-5 dapat mulai untuk melihat dan menggambarkan perubahan, seperti perubahan sifat pertumbuhan paada tanaman—“Tanaman awalnya tumbuh lambat, kemudian tumbuh lebih cepat, dan kemudian melambat. Dan ketika mereka melihat barisan, mereka dapat membedakan antara pertumbuhan aritmetika (2, 5, 8, 11, 14, ...) dan pertumbuhan geometri (2, 4, 8, 16, ...).


3.      Geometri
Melalui belajar geometri, siswa akan belajar tentang bentuk dan struktur geometris dan bagaimana menganalisis hubungan dan karakteristiknya. visualisasi spasial—membangun dan memanipulasi kemampuan merepresentasi bangun dimensi dua maupun bangun dimensi tiga dan melihat objek dari sudut pandang yang berbeda—merupakan hal yang penting pada pembelajaran geometri. Geometri adalah tempat alami untuk pengembangan penalaran siswa dan pembenaran keterampilan, yang berpuncak pada perlakuan dengan bukti dalam jenjang lanjutan. Pemodelan geometri dan spasial penalaran menawarkan cara untuk menafsirkan dan menjelaskan lingkungan nyata dan dapat menjadi alat penting dalam pemecahan masalah.
Ide geometris berguna dalam memecahkan masalah pada bidang matematika dan dunia nyata, sehingga geometri harus diintegrasikan dimanapun dalam situasi yang memungkinkan. Representasi geometri dapat membantu siswa memahami luas dan pecahan, histogram dan scatterplots dapat memberikan pengetahuan tentang data, dan grafik koordinat dapat berfungsi untuk menghubungkan geometri dan aljabar. Penalaran spasial membantu dalam menggunakan peta, perencanaan rute, merancang rencana pebuatan lantai, dan menciptakan seni. Siswa dapat belajar untuk melihat struktur dan simetri di sekitarnya. Menggunakan model konkret, gambar, dan perangkat lunak geometri dinamis, siswa dapat terlibat dengan ide-ide geometri secara aktif. Dengan rancangan kegiatan yang baik, alat yang tepat, dan dukungan guru, siswa dapat membuat dan mengeksplorasi dugaan tentang geometri dan dapat belajar untuk dengan teliti masalah geometri dari tahun-tahun awal sekolah. Geometri lebih dari definisi, hal ini tentang mendeskripsikan hubungan dan penalaran.
Geometri telah lama dianggap sebagai tempatnya sekolah matematika dimana siswa belajar untuk berpikir dan melihat struktur aksiomatik matematika. Standar geometri mencakup fokus yang kuat pada pengembangan penalaran dan pembuktian, menggunakan definisi dan fakta. Teknologi juga memiliki peran penting dalam pembelajaran geometri. Peralatan seperti software geometri dinamis memungkinkan siswa untuk memodelkan dan memiliki pengalaman interaktif dalam berbagai macam objek dua dimensi.

a.       Menganalisis karakteristik dan sifat bangun geometri dimensi dua dan dimensi tiga serta mengembangkan argumen matematika tentang hubungan geometri
Pada siswa tingkat sekolah dasar secara alami cenderung untuk mengamati dan menggambarkan suatu jenis bentuk dan mulai melihat sifat benda tersebut. Mengidentifikasi bentuk juga merupakan hal yang penting, tapi fokus pada hubungan dan sifatnya merupakan hal yang perlu untuk ditekankan. Sebagai contoh, siswa TK hingga kelas 2 mengamati bahwa persegi dapat digunakan dengan baik untuk membuat ubin karena persegi memiliki empat sudut siku-siku. Pada tingkat ini, siswa dapat belajar tentang bentuk geometri yang dapat dilihat, dipegang, dan dimanipulasi. Selanjutnya, belajar tentang ciri bentuk dan sifatnya untuk menjadikannya lebih abstrak. Pada jenjang yang lebih tinggi, siswa dapat belajar lebih fokus dan mendiskusikan komponen dari bentuk, misalnya sisi dan sudut, dan sifat-sifat dari pengelompokan bentuk. Misalnya, dengan menggunakan benda-benda atau perangkat lunak geometri yang dinamis  untuk bereksperimen dengan berbagai persegi, siswa kelas 3-5 harus mampu memberikan dugaan bahwa persegi selalu mempunyai diagonal kongruen dan membagi dua satu dengan yang lainnya.
Pada jenjang menengah dan lanjutan, mereka belajar topik tentang kesamaan dan kongruen, siswa siswa harus belajar menggunakan penalaran deduktif dan pembuktian yang lebih formal untuk menyelesaikan masalah dan untuk membuktikan dugaan. Pada semua tingkatan, siswa harus belajar untuk merumuskan penjelasan untuk dugaan dan solusi yang mereka yakini kebenarannya. Pada akhirnya mereka harus mampu menggambarkan, menerapkan, dan menyelidiki hubungan dalam sistem geometri dan mengekspresikan serta membenarkannya secara logis. Mereka juga harus mampu memahami definisi, aksioma, dan teorema dan mampu mengkonstruksi pembuktian mereka.

b.      Menentukan lokasi dan menggambarkan hubungan spasial menggunakan koordinat geometri dan sistem representasi lainnya
Pada awalnya, anak-anak belajar konsep posisi relatif, seperti di atas, belakang, dekat, dan antara. Kemudian mereka dapat membuat dan menggunakan kertas berpetak untuk menentukan objek dan mengukur jarak antar titik pada garis vertikal atau horizontal. Pengalaman dengan bidang koordinat akan menguntungkan mereka untuk memecahkan masalah yang lebih luas dalam geometri dan aljabar. Di jenjang menengah bidang koordinat dapat membantu siswa menemukan dan menganalisis sifat bentuk. Menemukan jarak antar titik pada bidang dengan menggunakan skala pada peta atau hubungan Pythagoras sangat penting untuk kelas menengah. Gambar geometri, misal garis pada kelas menengah atau segitiga dan lingkaran di tingkat lanjutan, dapat direpresentasikan secara analitis, membangun hubungan antara aljabar dan geometri.
Siswa harus berpengalaman dalam menggunakan berbagai visual dan representasi koordinat untuk menganalisis masalah dan belajar matematika. Pada tingkat sekolah dasar, misalnya menafsirkan penjumlahan pad bilangan cacah dapat ditunjukkan dengan menggunakan garis bilangan. Di tahun berikutnya, siswa dapat menggunakan garis bilangan untuk merepresentasikan operasi pada berbagai jenis bilangan. Di kelas 3-5, garis dan kolom dapat membantu siswa dalam memahami perkalian. Kemudian, masalah yang lebih kompleks dapat dipertimbangkan. Misalnya, ambulan mencoba perjalanan dengan menggunakan jarak terdekat untuk mencapai rumah sakit, siswa di tingkat menengah mungkin menggunakan jarak untuk mengukur panjang jalan. Di tingkat yang lebih tinggi, siswa dapat diminta untuk menemukan pesawat rute terpendek antara dua kota dan membandingkan hasilnya dengan peta. Jika siswa mencoba untuk meminimalkan jarak perjalanan mobil ke beberapa kota, mereka mungkin menggunakan titik dan garis. Siswa SMA menggunakan koordinat Cartesian untuk memecahkan masalah dan membuktikan hasilnya.

c.       Menerapkan transformasi dan menggunakan simetri untuk menganalisis Situasi matematika
Anak-anak datang ke sekolah dengan intuisi tentang bagaimana bentuk dapat dipindahkan. Siswa dapat mengeksplorasi gerakan seperti menyelipkan, membalik, dan memutar dengan menggunakan cermin, kertas lipat, dan menjiplak. Kemudian, pengetahuan mereka tentang transformasi harus menjadi lebih formal dan sistematis. Di kelas 3-5 siswa dapat menyelidiki efek transformasi dan mulai untuk menggambarkan mereka dalam istilah matematika. Dengan menggunakan perangkat lunak geometri dinamis, mereka dapat mulai mempelajari hal-hal yang dibutuhkan untuk mendefinisikan transformasi. Misalnya, transformasi gambar menggunakan rotasi,  siswa perlu mendefinisikan pusat rotasi, arah rotasi, dan sudut rotasi, seperti yang digambarkan pada Gambar 3.

Gambar 3 : Rotasi 120 derajat searah jarum jam
 Pada jenjang menengah, siswa belajar memahami apa arti dari transformasi sebagai tarnslasi, rotasi, dan refleksi. Untuk jenjang lanjut, siswa belajar cara perkalian transformasi, termasuk menggunakan matriks untuk menunjukkan bagaimana perubahan gambar dalam bidang koordinat. Mereka juga harus mulai memahami efek dari komposisi transformasi.

d.      Menggunakan visualisasi, penalaran spasial, dan pemodelan geometris untuk pemecahan masalah
Dimulai pada tahun-tahun awal sekolah, siswa harus mengembangkan
keterampilan visualisasi melalui pengalaman langsung dengan berbagai objek geometris dan menggunakan teknologi yang memungkinkan mereka untuk mengubah benda-beda dua dan tiga dimensi. kemudian, mereka harus mampu menganalisis dan menggambarkan pandangan perspektif, menghitung bagian komponen, dan menggambarkan hal-hal yang tidak dapat dilihat tetapi dapat disimpulkan.
Salah satu aspek dari visualisasi spasial melibatkan perubahan antara benda dimensi dua dan dimensi tiga dan representasinya. Siswa SD dapat menggambarkan dimensi dua, biasanya terbuat dari kertas, yang dapat dilipat untuk membentuk benda dimensi tiga. Pada jenjang menengah, mereka harus mampu menafsirkan dan menciptakan benda dari atas maupun dari sisi yang lain. Keterampilan ini dapat dikembangkan dengan menantang mereka untuk membangun benda yang diberikan hanya  tampilan sisi dan tampilan depan. Di kelas 3-5, siswa dapat menentukan apakah mungkin untuk membangun lebih dari satu bagan dengan kedua kondisi. Di jenjang menengah siswa diminta untuk dapat menemukan jumlah minimum blok yang dibutuhkan untuk membangun suatu bagan. Siswa SMA harus mampu memvisualisasikan dan menggambarkan bagian dari bagan dan dari berbagai benda geometris.

4.      Pengukuran  
Pengukuran merupakan penugasan nilai numerik untuk sifat dari suatu objek, seperti panjang pensil. Pada tingkat yang lebih tinggi,  pengukuran melibatkan penetapan suatu bilangan untuk suatu karakteristik situasi, seperti yang dilakukan oleh indeks harga konsumen. Memahami apa itu sifat pengukuran dan menjadi akrab dengan unit dan proses yang digunakan dalam mengukur sifat adalah penekanan utama dalam standar ini. Melalui pengalaman siswa mulai dair TK hingga kelas 8, siswa harus mahir dalam menggunakan alat pengukuran, teknik, dan rumus dalam berbagai situasi. Belajar pengukuran penting dalam kurikulum matematika dari TK sampai SMA karena kepraktisan dan besarnya kegunaan pengukuran banyak dalam aspek kehidupan sehari-hari. Studi pengukuran juga menawarkan kesempatan untuk belajar dan menerapkan matematika lainnya, termasuk operasi bilangan, gagasan geometri, konsep statistik, dan notasi fungsi.

a.       Memahami sifat ukuran dari suatu objek dan bagian, sistem, serta proses pengukuran
Suatu sifat pengukuran merupakan karakteristik dari suatu objek yang dapat diukur. Segmen garis mempunyai panjang, daerah bidang mempunyai luas, dan objek nyata mempunyai massa. Sebagai kemajuan siswa melalui kurikulum dari prasekolah sampai SMA, mereka dapat memperluas ukuran. Bahwa benda memiliki sifat yang dapat diukur merupakan langkah pertama dalam mempelajari pengukuran. Siswa TK sampai kelas 2 mulai dengan membandingkan dan mengurutkan benda menggunakan bahasa seperti lebih pendek dan lebih panjang. Panjang seharusnya fokus di kelas awal, namun berat, waktu, luas, dan volume harus dieksplorasi. Di kelas 3-5, siswa harus belajar tentang luas, keliling, volume, suhu, dan ukuran sudut. Pada tingkatan ini, mereka belajar bahwa pengukuran dapat dihitung dengan menggunakan rumus dan tidak selalu membutuhkan alat ukur langsung. Siswa pada kelas menengah membangun pengalaman pengukuran lebih awal dengan melanjutkan pelajaran mereka tentang keliling, luas, dan volume dan memulai mengeksplorasi pengukuran yang diperoleh, seperti kecepatan. Mereka juga harus mahir dalam mengukur sudut dan memahami hubungan sudut. Di SMA, siswa harus memahami bagaimana keputusan suatu unit dan skala dapat mempengaruhi. Apapun tingkatan mereka, siswa harus mempunyai pengalaman informal dalam memahami sifat sebelum menggunakan alat untuk mengukur atau mengandalkan suatu rumus untuk
menghitung suatu ukuran.
Sebagai kemajuan siswa, mereka harus memahami hubungan antar sifat ukuran. Siswa di SD dapat mengeksplorasi bagaimana mengubah sifat suatu objek dapat mempengaruhi pengukuran tertentu. Misalnya, memotong dan menata ulang bentuk potongan mungkin mengubah keliling tetapi tidak akan mempengaruhi luas. Di kelas menengah gagasan ini dapat diperluas untuk eksplorasi bagaimana luas permukaan prisma dapat bervariasi sebagai volume. Pada saat prasekolah hingga kelas 2, siswa harus mulai belajar mengukur dengan menggunakan unit nonstandar. Mereka harus didorong untuk menggunakan berbagai benda, seperti klip kertas untuk mengukur panjang, ubin persegi untuk mengukur luas, dan cangkir plastik untuk mengukur volume. Anak-anak juga harus menggunakan satuan standar seperti sentimeter, pound, dan jam. “Standardisasi” satuan harus dibangun sejak dini, misalnya siswa menggunakan kaki Joey untuk mengukur panjang kelas memberikan hasil yang berbeda pada saat menggunakan kaki Aria. Pengalaman tersebut membantu siswa melihat konsistensi dalam menggunakan satuan standar. Kemajuan siswa pada tingkat sekolah menengah dan lanjutan, mereka harus belajar bagaimana menggunakan standar satuan untuk mngukur sesuatu yang baru, seperti volume dan kepadatan.
Memahami bahwa satuan yang berbeda diperlukan untuk mengukur sifat yang berbeda kadang-kadang membuat sulit siswa. Belajar bagaimana memilih satuan yang tepat adalah bagian utama dari pemahaman pengukuran. Sebagai contoh, siswa TK sampai kelas 2 harus belajar bahwa panjang dapat diukur dengan menggunakan alat linear tetapi luas tidak dapat diukur dengan menggunakan alat yang sama. Anak-anak harus melihat bahwa untuk mengukur luas mereka membutuhkan satuan luas misalnya persegi. Siswa disekolah menengah harus belajar bahwa persegi bukan merupakan ukuran volume dan harus mengeksplorasi satuan ruang berdimensi tiga. Siswa di semua tingkatan harus belajar untuk membuat pilihan yang tepat  untuk menentukan suatu satuan ataupun skala, tergantung pada situasi masalah. Memilih satuan ukuran merupakan hal yang penting. Sebagai contoh, walaupun panjang lapangan sepak bola dapat diukur dalam sentimeter, hasilnya mungkin sulit untuk menafsirkan dan digunakan. Siswa harus memiliki pemahaman yang baik untuk menentukan satuan ukuran yang tepat. Sistem metrik mempunyai internal organisasi yang sederhana dan konsisten. Setiap satuan selalu dikaitkan dengan satuan sebelumnya dengan kekuatan dari 10: sentimeter adalah sepuluh kali lebih besar dari satu milimeter, decimeter adalah sepuluh kali lebih besar dari satu sentimeter, dan sebagainya.

b.      Menerapkan teknik yang tepat, alat, dan rumus untuk menentukan pengukuran
Teknik pengukuran merupakan strategi yang digunakan untuk menentukan pengukuran, seperti menghitung, memperkirakan, dan menggunakan rumus atau alat. Alat pengukuran yang umum yang kebanyakan orang gunakan dalam melakukan pengukuran adalah timbangan, jam, dan stopwatch. Rumus merupakan hubungan umum yang menghasilkan pengukuran dimana nilai merupakan variabel spesifik dalam rumus. Siswa TK sampai kelas 2 harus belajar untuk menggunakan berbagai teknik, termasuk menghitung dan memperkirakan, dan menggunakan alat seperti penggaris, timbangan, dan jam analog. Siswa sekolah dasar dan menengah harus menggunakan teknik ini secara terus menerus dan mengembangkan sesuatu yang baru. Selain itu, mereka harus mulai beradaptasi dengan alat-alat mereka saat ini dan menciptakan teknik baru untuk menemukan pengukuran yang lebih rumit. Sebagai contoh, mereka mungkin menggunakan kertas berpetak transparan untuk mendekati luas daun. Siswa tingkat menengah dapat menggunakan rumus untuk luas segitiga dan persegi panjang untuk menemukan luas trapesium. Teknik pengukuran yang penting di sekolah menengah adalah pendekatan berturut-turut, pendahuluan untuk konsep kalkulus.
Siswa harus memulai mengembangkan rumus untuk keliling dan luas di
sekolah dasar. Siswa sekolah menengah harus memformalkan teknik ini, serta mengembangkan rumus volume dan luas permukaan dari objek seperti prisma dan silinder. Banyak siswa di sekolah dasar dan sekolah menengah mengalami kesulitan memahami luas dan keliling. Seringkali, anak menggunakan rumus K=2p + 2l atau L = p x l tanpa memahami bagaimana rumus ini berkaitan dengan sifat yang diukur atau satuan dari ukuran yang digunakan. Guru harus membantu siswa melihat hubungan antara rumus dan benda tersebut. Pada sekolah lanjutan, siswa menggunakan rumus dalam pemecahan masalah, mereka harus mengenali satuan pengukuran yang terlihat seperti variabel dibawah prosedur aljabar, dan mereka dapat menggunakan penelitian ini untuk mengkonversi dan menghitung dengan menggunakan analisis satuan.
Perkiraan merupakan teknik pengukuran lain yang harus dikembangkan di seluruh tingkatan sekolah. Kegiatan estimasi di TK hingga kelas 2  harus fokus pada membantu siswa dalam memahami proses pengukuran yang lebih baik dan aturan ukuran satuan. Siswa SD dan sekolah menengah harus mempunyai banyak peluang untuk memperkirakan ukuran dengan membandingkannya terhadap beberapa tolak ukur. Sebagai contoh, seorang siswa memperkirakan tinggi guru tanpa apapun yaitu dengan memperhatikan bahwa tinggi guru satu setengah kali tinggi siswa. Siswa sekolah menengah juga harus menggunakan tolok ukur untuk memperkirakan ukuran sudut dan ukuran kecepatan.
Akhirnya, siswa kelas 3-5 harus mempunyai peluang untuk menggunakan peta dan membuat gambar skala sederhana. Siswa kelas 6-8 harus memperluas pemahamannya tentang sekala dan pemecahan masalah yang melibatkan faktor skala. Masalah ini dapat membantu siswa memahami hubungan proporsional dan mengembangkan pemahaman kesamaan. Siswa SMA harus belajar aspek yang lebih tentang skala, termasuk dampak perubahan skala pada situasi tertentu. Mereka juga harus memahami perubahan skala nonlinear seperti skala logaritma dan bagaimana teknik tersebut digunakan dalam analisis data dan pemodelan.

5.      Analisis Data dan Peluang
Standaranalisis data dan peluang merekomendasikan bahwa siswa merumuskan pertanyaan yang dapat dijawab dengan menggunakan data dan menunjukkan apa yang terlibat dalam mengumpulkan dan menggunakan data dengan baik. Siswa harus belajar bagaimana mengumpulkan data, mengatur data, dan menampilkan data dalam grafik dan diagram yang akan berguna dalam menjawab pertanyaan. Standar ini juga mencakup beberapa metode untuk menganalisis data dan beberapa cara untuk membuat kesimpulan dari data. Konsep dasar dan penerapan peluang juga ditunjukkan dengan penekanan pada hubungan peluang dan statistik.
Untuk Memahami dasar-dasar statistik, siswa harus bekerja dengan data langsung. Data dan statistik memungkinkan guru dan siswa membuat hubungan yang penting tentang suatu bilangan yang memuat ide dan prosedur dari bilangan, aljabar, ukuran, dan geometri. Bekerja pada analisis data dan peluang menawarkan cara alami pada siswa untuk menghubungkan matematika dengan mata pelajaran lain dan pengalaman mereka di kehidupan sehari-hari.
Di samping itu, proses yang digunakan dalam penalaran tentang data dan statistik akan melayani siswa dengan baik dalam pekerjaan dan dalam kehidupan. Dalam mempelajari data dan statistik, mereka juga dapat belajar bahwa solusi untuk beberapa masalah tergantung pada asumsi dan beberapa tingkat ketidakpastian. Penalaran semacam itu digunakan dalam peluang dan statistik tidak selalu intuitif, sehingga siswa tidak seharusnya mengembangkan hal tersebut jika tidak termasuk dalam kurikulum.

a.       Merumuskan pertanyaan yang dapat ditunjukkan dengan data dan mengumpulkan, mengatur, serta menampilkan data yang relevan untuk menjawabnya
Karena anak-anak secara alami ingin tahu tentang dunia mereka, mereka
sering mengajukan pertanyaan seperti, Berapa banyak? Apa itu? atau Ap ini? Seringkali pertanyaan tersebut menawarkan peluang awal untuk belajar analisis data dan peluang. Anak-anak ingin merancang pertanyaan tentang hal-hal yang dekat dengan pengalaman mereka—apa jenis hewan peliharaan yang teman sekelas miliki? Apa jenis pizza favorit anak-anak? Sebagai siswa dengan jenjang yang lebih tinggi, pertanyaan mereka menghasilkan penyelidikan yang dapat didasarkan pada hal-hal yang menarik saat ini. Siswa di kelas 6-8, misalnya, mungkin tertarik pada daur ulang, atau konservasi. Mereka mungkin mengajukan pertanyaan seperti, Apakah lebih baik menggunakan kertas atau plastik piring di kantin? atau merek baterai apa yang dapat tahan lama?
Siswa kelas 9-12  akan siap untuk menyelidiki masalah yang lebih kompleks.
Anak-anak dapat menyusun rencana pengumpulan data sederhana untuk mencoba menjawab pertanyaan-pertanyaan mereka. Di tingkat dasar, guru dapat membantu memberikan pertanyaan atau grafik data yang terekam yang dapat dikumpulkan. “Data” mungkin merupakan benda nyata, seperti sepatu anak-anak yang digambarkan dalam grafik batang atau hal yang diminati anak-anak. Sebagai siswa yang telah menyelesaikan sekolah dasar, mereka harus menghabiskan lebih banyak waktu untuk merencanakan pengumpulan data dan mengevaluasi bagaimana metode mereka bekerja dengan baik dalam mendapatkan informasi tentang pertanyaan mereka. Di kelas menengah, siswa harus lebih banyak bekerja dengan data yang telah mereka hasilkan dengan simulasi hasil lain. Di kelas 9-12, siswa harus memahami berbagai tujuan survei, pembelajaran observasional, dan eksperimen.
Ide mendasar di TK sampai kelas 2 merupakan data yang dapat diorganisasikan atau diurutkan dan “gambar” dari data menyediakan informasi tentang fenomena atau pertanyaan. Di kelas 3-5, siswa harus mengembangkan kemampuan dalam merepresentasikan data mereka, dengan menggunakan grafik batang, tabel, atau plot line. Mereka harus mempelajari apa itu bilangan yang berbeda, simbol, dan arti titik. Beberapa bilangan merepresentasikan nilai data dan frekuensi lain dengan nilai yang terjadi adalah langkah besar. Siswa mulai memahami cara merepresentasikan data, mereka akan siap untuk membandingkan dua atau lebih himpunan data. Buku, surat kabar, dan media lainnya dipenuhi dengan berbagai data, dan siswa harus belajar membaca dan memahaminya. Siswa di kelas 6-8 harus mulai membandingkan berbagai jenis tampilan di pengorganisasian data untuk analisis lebih lanjut atau dalam menyajikan data dengan benar. Siswa dengan tingkatan yang lebih tinggi harus bisa menganalisis data yang lebih kompleks dan dapat menyusun kembali data dan merepresentasikan dalam bentuk grafik secara cepat dengan menggunakan teknologi sehingga mereka dapat fokus pada analisis data dan memahami apa yang mereka maksud.

b.      Memilih dan menggunakan metode statistik yang tepat untuk menganalisis data
Awalnya anak-anak diminta untuk membuat data mereka sendiri, kemudian siswa mulai diminta untuk menggambarkan himpunan data secara keseluruhan. Meskipun transisi ini sulit, siswa akan dapat melakukannya, misalnya, perhatikan bahwa “lebih banyak siswa yang ke sekolah dengan menggunakan bus daripada yang lainnya”. Pada kelas 3-5, siswa harus mengembangkan pemahaman tentang data yang telah dikumpulkan. Untuk melihat himpunan data secara keseluruhan, mereka membutuhkan alat untuk menggambarkan himpunan tersebut. Misalnya pada data statistik,  ukuran tempat yaitu mean, median, dan modus. Ukuran penyebaran yaitu range dan standar deviasi, serta bentuk sifat data yang berguna untuk siswa sebagai deskriptor. Di sekolah dasar, pemahaman siswa dapat didasarkan pada ide informal, seperti tengah, konsentrasi, atau titik keseimbangan.
Siswa harus belajar apa arti  untuk membuat perbandingan statistik yang valid. Di tingkat sekolah dasar, siswa mungkin mengatakan satu kelompok memiliki lebih atau kurang dari beberapa sifat dari yang lain. Di kelas menengah, siswa mengukur perbedaan dengan membandingkan statistik tertentu. Mulai di kelas 3-5 dan selanjutnya, pergeseran penekanan dari analisis dan penggambaran suatu himpunan dari data ke perbandingan dua atau lebih himpunan. Dari SMP ke SMA, siswa akan membutuhkan alat-alat baru, termasuk histogram, diagram batang daun, kotak plot, dan scatterplots, untuk mengidentifikasi kesamaan dan perbedaan himpunan data. Siswa juga perlu alat untuk menyelidiki suatu data yang bervariasi, termasuk scatterplots dan garis di kelas 6-8 dan sisanya di kelas 9-12.
c.       Mengembangkan dan mengevaluasi kesimpulan dan prediksi berdasarkan data
Pusat dari analisis statistik—mendefinisikan sampel dengan tepat, mengumpulkan data dari sampel tersebut, menggambarkan sampel, dan membuat kesimpulan yang baik yang berkaitan dengan sampel dan populasi—harus dipahami dengan baik. Di kelas awal, siswa lebih sering bekerja dengan data sensus, misalnya survei pada setiap siswa dalam kelas tentang es krim favoritnya. Gagasan tersebut dapat dilihat sebagai sampel dari populasi yang lebih besar  tidak hanya pada kelas tersebut. Di kelas menengah siswa dapat memulai mengembangkan pengertian inferensi statistik, tapi mengembangkan pemahaman yang mendalam mengenai gagasan sampling masih tergolong sulit. Di akhir kelas menengah, siswa harus menunjukkan gagasan dari pengelompokan sampel dan kesimpulan statistik dan mulai memahami cara bagaimana mengukur hasil statistik. Selain itu, siswa di kelas 9-12 harus menggunakan simulasi untuk belajar distribusi sampel dan membuat kesimpulan informal. Secara khusus, mereka harus tahu teknik statistik dasar yang digunakan untuk memantau kualitas di tempat kerja.

d.      Memahami dan menerapkan konsep-konsep dasar peluang
Sebagai subjek yang berdiri sendiri, peluang terhubung dengan topik  matematika yang lainnya, terutama bilangan dan geometri. Gagasan peluang sebagai dasar pengumpulan, deskripsi, dan interpretasi data. Di TK sampai kelas 2 dalam membelajarkan peluang harus secara informal. Guru harus membangun pengembangan kosakata untuk memperkenalkan dan menyoroti gagasan peluang, misalnya, “Kami mungkin akan istirahat sore ini”, atau “Tidak mungkin hujan hari ini”. Anak-anak dapat mulai membangun pemahaman tentang kesempatan dan keacakan dengan melakukan percobaan dengan benda-benda konkret, seperti memilih chip berwarna dari tas. Di kelas 3-5 siswa dapat mempertimbangkan ide melalui eksperimen—menggunakan koin—dikenal dengan hasil teoritis atau yang menunjuk peristiwa yang tidak mungkin, tidak mungkin, mungkin, atau yakin. Siswa dikelas menengah harus belajar menggunakan terminologi dan harus mampu menghitung kemungkinan kejadian, seperti kejadian yang diharapkan muncul dua kepala pada pelemparan 2 koin dengan pelemparan 100 kali. Di SMA, siswa harus menghitung peluang yang muncul dan memahami kondisi bersyarat dalam kejadian yang tidak tetap. Melalui kelas ini, siswa harus mampu berpindah dari situasi yang peluang kejadian dari suatu peristiwa dapat ditentukan dengan mudah ke situasi dimana sampling dan simulasi membantu mereka mengukur kemungkinan dari hasil yang tidak pasti.
Banyak fenomena yang harus siswa hadapi, terutama di sekolah, memiliki prediksi hasil. Ketika suatu koin dibalik, kemungkinannya ada dua, yaitu  muncul kepala atau ekor. Yang berarti peluang munculnya kepala atau ekor adalah 50%. Jika suatu kejadian acak dan berulang berkali-kali, maka distribusi hasil membentuk pola. Ide dari peristiwa tunggal tidak dapat diprediksi dalam situasi seperti itu tapi itu pola dari hasil tersebut dapat diprediksi merupakan konsep penting yang melayani dasar pembelajaran statistik.
Semoga Bermafaat !!



Standar Isi Matematika Sekolah Serta Integrasinya Rating: 4.5 Diposkan Oleh: Iron_man

0 comments:

Post a Comment